Minggu, 14 Februari 2016

Hati-hati dalam bergaul


Lingkungan dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, apalagi seorang pemuda yang masih fresh dan memiliki kesempatan lebih untuk bergaul dengan siapapun.. Berhati-hatilah mencari teman karna dia akan memberikan efek samping kepada dirimu.. Carilah teman yang baik dan in sya Allah kita ikutan baik.. (Amiin)

Tapi waspada dengan teman dan lingkungan buruk karna mereka dapat mempengaruhi kita untuk menjadi buruk, ayo kita simak hadist ke-2 dari kitab Riyadus shalihin ini semoga dapat memetik hikmah dan pelajaran untuk bekal kita dalam memilih lingkungan dan teman..

Dari Ummul Mukminin Ummu “Abdillah ‘Aisyah, ia ta, Rasulullah pernah bersabda : “Nanti akan ada sekelompok pasukan yang akan menyerang Ka’bah. Kemudian ketika mereka sampai di suatu tanah lapang, mereka semua dari orang yang berada paling depan sampai paling belakang dibinasakan (ditenggelamkan ke perut bumi). ‘Aisyah berkata : “Aku bertanya, Ya Rasulullah, bagaimana mereka dibinasakan semua, orang yang berada dibarisan terdepan sampai yang paling belakang, padahal di tengah-tengah mereka terdapat pasar-pasar mereka, dan orang-orang yang bukan dari golongan mereka ?” Beliau menjawab “Mereka di binasakan semua, yang berada di baris terdepan sampai yang paling belakang, kemudian nanti mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat masing-masing dari mereka.” (Mutafaq ‘alaih, dan lafadz tersebut milik al-Bukhari).

Pengesahan Hadits :
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, (IV/338-Fath) dan Imam Muslim (2884).

Kandungan Hadits :
1. Pelajaran untuk menjauhi orang-orang yang berbuat kezhaliman sekaligus peringatan agar tidak bergaul dengan mereka atau bergabung dengan orang-orang jahat dan semisalnya,agar tidak mendapatkan siksaan yang ditimpakan kepada mereka.
2. Barang siapa bergabung dengan suatu kaum dengan sukarela dalam kemaksiatan, maka dosa dan siksaan akan ditimpakan pula kepadanya.
3. Perbuatan itu dihitung berdasarkan niat pelaku.
4. Pemberitahuan yang disampaikan Rasulullah tentang berbagai hal ghaib yang diperlihatkan Allah kepada beliau. Dan itu termasuk masalah keimananyang harus diyakini, dan itu tidak dapat dirancukan hanya karena disebutkan melalui khabar al-walid ash-shahiih. Karena ia merupakan hujjah bagi kita dalam masalah ‘aqidah dan hukum-hukum syari’ah, dan tidak ada perbedaan antara keduanya. Sebagaimana yang telah saya jelaskan dalam kita saya yang berjudul al-Adillatu wasy-syawahid fii Wujuubil Akhdzi bi Khabaril Waahid fiil Ahkaami wal ‘Aqaaid.
5. Di Dalam hadits tersebut terdapat satu point yang tersembunyi yang menjadi pangkal ketidak jelasan. Di mana Ummul Mukminin ‘Aisyah belum memahami penimpaan siksaan terhadap orang yang tidak mempunyai keinginan melakukan penyerangan yang merupakan penyebab ditimpakannya siksaan.

Sudah banyak jalan yang berusaha mengungkap permasalan ini, ada yang berpendapat bahwa siksaan itu ditimpakan secara umum karena sudah saatnya ajal mereka, kemudian mereka dibangkitkan kembali berdasarkan niat mereka masing-masing. Tetapi ada juga pendapat lain.

Yang tampak jelas olehku adalah bahwa siksaan itu ditimpakan kepada mereka secara umum, sekalipun di antara mereka terdapat orang-orang yang benci, orang-orang yang akan berbelanja, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Sebab, mereka tidak merasa takut terhadap fitnah yang tidak ditimpakan hanya kepada orang-orang zhalim secara khusus, tetapi mereka juga terseret oleh kezhaliman orang-orang tersebut, meskipun mereka sama sekali tidak menginginkannya. Oleh karena itu, mereka di padukan dengan orang-orang zhalim.
Hal itu telah ditunjukkan oleh beberapa ayat A-Qur’an dan juga al-Hadits, bahwa siksaan itu jika ditimpakan, maka akan mencakup orang-orang shalih yang mereka tidak marah karena Allah (ketika melihat satu kemungkaran), tetapi orang yang selamat adalah mereka yang membuat perbaikan.
Allah berfirman :

فَلَوْلا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الأرْضِ إِلا قَلِيلا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ

“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa”.
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS.Hudd:116-117)

Yang demikian itu merupakan indikasi yang mengungkap salah satu dari sunnatullah dalam kehidupan berbagai umat. Dan umat yang suka berbuat kerusakan dengan memerintahkan manusia menyembah selain Allah, dalam berbagai bentuk. Lalu di antara mereka ada yang menolak perintah tersebut, mereka-lah itu yang selamat dan tidak ditimpakan siksaan dan kebinasaan. Tetapi umat-umat yang di antara mereka terdapat orang-orang yang berbuat zhalim dan melakukan kerusakan, lalu tidak ada seorang pun yang bangkit mencegahnya, atau ada yang mengingkarinya, namun ia tidak sampai memberi pengaruh terhadap realita yang rusak itu, maka sunnatullah akan berlaku kepada mereka, yaitu berupa pembinasaan, baik pembinasaan sampai ke akar-akarnya atau pembinasaan yang bersifat kelemahan dan kerusakan. Namun keduanya berakibat melenyapkan dan penggantian (oleh kaum yang lain).

Dari sini tampak nilai dakwah ke jalan Allah, pembersihan bumi dari kerusakan yang telah merajalela. Sebab ia merupakan benteng keamanan bagi seluruh umat dan bangsa. Dan para ahli dakwah, (dengan dakwahnya tersebut) mereka tidak hanya melaksanakan kewajiban terhadap Rabb dan Agama mereka saja, namun dengan demikian mereka telah menghalangi umat-umat mereka dari murka Allah dan adzab, serta sanksi-Nya. Ayo.. dimanapun kita berada pastikan kita menajadi agen perubahan itu bukan malah termasuk dari golongan yang terwarnai.

Minggu, 07 Februari 2016

Syukur untuk Akur


Apa yang ingin dicari ? Kekayaan materi atau jabatan tinggi ? 
Jiwa raga terhanyut dengan hentakkan detik waktu yang sia-sia.. Bukan tak manfaat dalam segi keduniaan tetapi waktu berlalu tanpa membawa maslahat untuk akhiratnya. Gaya hidup materialis membuat semua serba praktis, mengejar kebahagiaan semu.. Tingkatkan harkat dihadapan manusia seolah terlahir menjadi manusia yang paling sempurna. Mengikuti nafsu yang tak pernah puas membuat hidup semakin buas. Tak peduli mana kawan mana lawan, semua diterjang atas dasar yang namanya "KEPUASAN".

pengaruh globalisasi yang tak dibarengi dengan penyaringan informasi yang jeli telah melahirkan budaya-budaya yang terkontaminasi, pemuda-pemudi tak punya budi terlepas bebas tak punya benteng diri akhirnya banyak remaja yang jadi aborsi..


ah.. mungkin ini hanya opini ku saja yang kurang teliti dan hanya memandang dari satu sisi..

Tapi inilah yang kami rasakan.. Hilangnya rasa syukur membuat manusia tak pernah akur, budaya gotong royong yang menjadi ciri khas di negri ini semakin terkikis hanya karna benda yang bernama materi.. Hubungan persaudaraan semakin jauh, tetangga semakin acuh, tak heran jika masyarakat ini diguncang dengan isu akan mudah sekali rusuh..

Andaikan kita memiliki satu visi satu tujuan. bagaikan hujan yang turun, dimana hujan merupakan hasil kolaborasi kerjasama antara matahari, air laut, udara, awan dan arah angin. walaupun dibentuk dengan unsur berbeda tetapi tetap bekerjasama, walaupun misi-nya tak sama tapi keharmonisan tetap terjaga sehingga satu tujuan yaitu terciptanya hujan dapat terealisasi..
Andaikan kita selalu bersyukur, tak terlalu berambisi mengejar harta dunia, merasa cukup dengan pemeberian-Nya, selalu bersyukur dengan kemudahaan untuk melakukan ketaatan, dan tak terpesona dengan gemerlap hiburan yang melalaikan.. pasti kenikmatan ini akan semakin terasa,  bertambah, dan mendapat berkah karna begitulah janjinya :
“jika kalian bersyukur pasti akan Aku tambah ni’mat-Ku padamu tetapi jika kalian kufur sesungguhnya adzab-Ku amat pedih”. (QS 14:7).
semoga dengan syukur dihati ini kerukunan tak hanya menjadi teori, tetangga tak saling benci dan keluarga jadi harmoni..
tulisan ini khusus kupersembahkan untuk diri ini yang masih jauh dari kesempurnaan, yang masih harus bnayak belajar, untuk saudara seperjuangan, untuk pemuda yang merindukkan kemenangan, untuk mahasiswa univeristas Tanjungpura, untuk pemuda kalimantan-barat, untuk pemuda Indonesia.. semoga semangat patriot pejuang masa lalu bangkit kembali mengisi keseharian kita hari ini..

Hidup Mahasiswa !
Hidup Pemuda Indonesia !

Jumat, 05 Februari 2016

Hendy Setiono Pemilik Kebab Turki Baba Rafi


Satu lagi anak muda Surabaya menorehkan prestasi besar. Dia adalah Hendy Setiono, presiden direktur Kebab Turki Baba Rafi. Prestasinya tidak hanya diakui di dalam negeri, tapi juga di mancanegara. Mengapa? Wajah dan penampilannya masih layaknya anak muda. Siang itu, dia berkemeja batik cokelat dipadu celana hitam. Cukup sederhana. Tak tecermin tampang seorang bos dari perusahaan beromzet lebih dari Rp 1 miliar per bulan. Itulah penampilan sehari-hari Hendy Setiono, Presdir Kebab Turki Baba Rafi Surabaya. Oleh majalah Tempo edisi akhir 2006, dia dinobatkan sebagai salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang dinilai mengubah Indonesia. Tentu, sebuah pengakuan yang membanggakan bagi Hendy.
Apalagi, bisnis yang dia geluti tergolong bisnis yang tak akrab di telinga. Usianya pun masih 23 tahun! Wow, masih sangat muda untuk seorang bos yang memiliki 100 outlet di 16 kota di Indonesia. Dengan ramah, pria kelahiran Surabaya, 30 Maret 1983, tersebut mempersilakan Jawa Pos masuk ke kantornya di Ruko Manyar Garden Regency, kawasan Nginden Semolo. "Biasanya saya masuk kantor agak siang. Tapi, karena hari ini ada janji dengan Anda, saya agak meruput datang ke kantor," ujar Hendy mengawali perbincangan.
Ketika itu, jarum jam sudah menunjuk pukul 11.00. Bagi Hendy, pukul 11.00 masih terbilang pagi karena biasanya dirinya baru masuk kantor lebih dari pukul 12.00. Dia lalu menceritakan awal mula bisnis kebab yang digelutinya tersebut. Kebab adalah makanan khas Timur Tengah (Timteng) yang dibuat dari daging sapi panggang, diracik dengan sayuran segar, dan dibumbui mayonaise, lalu digulung dengan tortila. Sebenarnya, kebab banyak beredar di Qatar dan negara Timteng lainnya.
Namun, kata Hendy, kebab paling enak adalah dari Istambul, Turki. Karena itu, dia menggunakan "trade mark" Turki untuk menarik calon pelanggan. Hendy mengisahkan, pada Mei 2003, dirinya mengunjungi ayahnya yang bertugas di perusahaan minyak di Qatar. Selama di negeri yang baru sukses melaksanakan Asian Games itu, dia banyak menemui kedai kebab yang di jual beli warga setempat. Lantaran penasaran, Hendy yang mengaku hobi makan itu lantas mencoba makanan yang lezat bila dimakan dalam kondisi masih panas tersebut. "Ternyata, rasanya sangat enak. Saya tak menduga rasanya seperti itu," ungkap sulung dua bersaudara pasangan Ir H Bambang Sudiono dan Endah Setijowati tersebut.
Tak hanya perutnya kenyang, saat itu di benak Hendy langsung terbersit pikiran untuk membuka usaha kebab di Indonesia. Alasannya, selain belum banyak usaha semacam itu, di Indonesia terdapat warga keturunan Timteng yang menyebar di berbagai kota. "Orang Indonesia juga banyak yang naik haji atau umrah. Biasanya, mereka pernah merasakan kebab di Makkah atau Madinah. Nah, mereka bisa bernostalgia makan kebab cukup di outlet saya," jelasnya. "Makanya, selama di Qatar, saya juga memanfaatkan waktu untuk berburu resep kebab. Saya mencarinya di kedai kebab yang paling ramai pengunjungnya," jelas Hendy yang beristri Nilamsari, 23, dan kini sudah dikaruniai dua anak, Rafi Darmawan, 3, dan Reva Audrey Zahifa, 2, tersebut.
Begitu tiba kembali di Surabaya, dia langsung menyusun strategi bisnis. Yang pertama dilakukan adalah mencari partner. Dia tidak ingin usahanya asal-asalan. Dia kemudian bertemu Hasan Baraja, kawan bisnisnya yang kebetulan juga senang kuliner. Awalnya, mereka sengaja melakukan trial and error untuk menjajaki peluang bisnis serta pangsa pasarnya. "Ternyata, resep kebab dari Qatar yang rasa kapulaga dan cengkehnya cukup kuat tidak begitu disukai konsumen. Ukurannya pun terlalu besar. Makanya, kami memodifikasi rasa dan ukuran yang pas supaya lebih familier dengan orang Indonesia," katanya.
September 2003, gerobak jualan kebab pertamanya mulai beroperasi. Tepatnya di salah satu pojok Jalan Nginden Semolo, berdekatan dengan area kampus dan tempat tinggalnya. Mengapa gerobak? Hendy mempunyai alasan. "Membuat gerobak lebih murah daripada membuat kedai permanen. Tidak perlu banyak modal. Gerobak pun fleksibel, bisa dipindah-pindah," ujarnya. Soal nama kedainya Baba Rafi, dia mengaku terinspirasi nama anak pertamanya, Rafi Darmawan. "Diberi nama Kebab Pak Hendy kok tidak komersial," katanya lalu tergelak. Saat itulah terlintas di benaknya nama si sulung, Rafi. "Kalau dipikir-pikir, pakai nama Baba Rafi, lucu juga rasanya. Baba kan berarti bapak, jadi Baba Rafi berarti bapaknya Rafi."
Mengawali sebuah bisnis memang tidak mudah. Apalagi untuk meraih sukses seperti sekarang. Suka duka pun dirasakan calon bapak tiga anak itu. "Misalnya, uang berjualan dibawa lari karyawan. Banyak karyawan yang keluar masuk. Baru beberapa minggu bekerja sudah minta keluar," ungkapnya. Bahkan, pernah suatu hari, karena tak mempunyai karyawan, Hendy dan istri berjualan. Hari itu kebetulan hujan. Tak banyak orang membeli kebab. Makanya, pemasukan pun sedikit. "Uang hasil berjualan hari itu digunakan membeli makan di warung seafood saja tak cukup. Wah, itu pengalaman pahit yang selalu kami kenang," ujarnya.
Tak ingin setengah-setengah dalam menjalankan bisnis, lulusan SMA Negeri 5 Surabaya tersebut akhirnya memutuskan berhenti dari bangku kuliah pada tahun kedua. "Saya OD alias out duluan. Tapi, saya tidak menyesal meninggalkan bangku kuliah untuk membangun usaha," tegas Hendy yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Teknik Informatika ITS tersebut.
Keputusan dia untuk meninggalkan bangku kuliah guna menekuni bisnis kebab tersebut sempat ditentang orang tuanya. Mereka ingin Hendy menjadi orang kantoran seperti ayahnya. Karena itu, ketika dia meminta bantuan modal, orang tuanya menganggap bisnis yang akan dilakoni tersebut adalah proyek iseng. "Mereka pikir saya tidak serius pada bisnis itu. Dalam hati, saya ingin membuktikan kepada bapak dan ibu bahwa kelak saya pasti berhasil," jelasnya. Yang luar biasa, kesuksesan bisnis Hendy tak perlu waktu lama.
Hanya dalam 3-4 tahun, dia berhasil mengembangkan sayap di mana-mana. Bahkan, hingga pengujung 2006, pengusaha muda tersebut mencatat telah memiliki 100 outlet Kebab Turki Baba Rafi yang tersebar di 16 kota di Indonesia. Tidak hanya di Jawa, tapi juga di Bali, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Ke depan, Hendy berencana mengembangkan usahanya itu ke luar negeri. Dua negara yang diincar adalah Malaysia dan Thailand. "TV BBC London dan majalah Business Week International pernah meliput usaha saya tersebut. Setelah itu, ada orang yang menawari saya membuka outlet di Trinidad & Tobago serta Kamboja," jelasnya.
Sukses bisnis kebab waralaba Hendy itu juga menghasilkan berbagai award, baik dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya, ISMBEA (Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award) 2006 yang diberikan menteri koperasi dan UKM. Hendy juga dinobatkan sebagai ASIA's Best Entrepreneur Under 25 oleh majalah Business Week International 2006. Untuk meraih award tersebut, dia bersaing dengan 20 kandidat pengusaha lain dari berbagai negara di Asia.
Pria kalem itu juga mendapatkan penghargaan Citra Pengusaha Berprestasi Indonesia Abad Ke-21 yang dianugerahkan Profesi Indonesia. Kemudian, penghargaan Enterprise 50 dari majalah SWA untuk 50 perusahaan yang berkembang dalam setahun terakhir. Serta, di pengujung 2006, majalah Tempo menobatkan Hendy menjadi salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang mengubah Indonesia.
Apa yang akan dilakukan Hendy selain mengembangkan usahanya ke mancanegara? Tampaknya, dia ingin seperti raja komputer, Bill Gates. "Saya belajar dari para pengusaha sukses. Salah satunya, Bill Gates. Dia bisa mendirikan kerajaan Microsoft, meski tidak tamat sekolah. Jadi, intinya, untuk menjadi orang sukses, tidak harus memiliki gelar akademis dan indeks prestasi (IP) tinggi," tegasnya lalu tertawa.

Kamis, 04 Februari 2016

Amalan di hari jum'at | Bersegera dalam amal



Disebut Jum’at karena hari tersebut adalah hari berkumpulnya kaum Muslimin. Hari Jum’at termasuk hari ‘Id kaum Muslimin setiap pekannya.

Dari Aus bin ‘Aus, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jum’at. Di hari itu, Adam diciptakan; di hari itu, Adam meninggal; di hari itu, tiupan sangkakala pertama dilaksanakan; di hari itu pula, tiupan kedua dilakukan." (HR. Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad, shahih)


Di antara amalan di hari Jum’at adalah sebagai berikut:

1.Terlarang mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat dan siang harinya dengan berpuasa.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat tertentu dan janganlah mengkhususkan hari Jum’at dengan berpuasa kecuali jika bertepatan dengan puasa yang mesti dikerjakan ketika itu." (HR. Muslim)


Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Dalam hadits ini menunjukkan dalil yang tegas dari pendapat mayoritas ulama Syafi’iyah dan yang sependapat dengan mereka mengenai dimakruhkannya mengerjakan puasa secara bersendirian pada hari Jum’at. Hal ini dikecualikan jika puasa tersebut adalah puasa yang bertepatan dengan kebiasaannya, atau ia berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya, atau bertepatan dengan puasa nadzarnya seperti ia bernadzar meminta kesembuhan dari penyakitnya." (Syarh Shahih Muslim, 8/19)

2.Ketika shalat Shubuh di hari Jum’at dianjurkan membaca Surat As Sajdah dan Surat Al Insan.

Dari Abu Hurairah, beliau berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasa membaca pada shalat Shubuh di hari Jum’at “Alam Tanzil …" (surat As Sajdah) pada raka’at pertama dan “Hal ataa ‘alal insaani hiinum minad dahri lam yakun syai-am madzkura" (surat Al Insan) pada raka’at kedua." (HR. Muslim)

3.Memperbanyak shalawat kepada Nabi di hari Jum’at.

Dari Abu Umamah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti." (HR. Baihaqi dalam Sunan Al Kubro, hasan lighoirihi).

4.Dianjurkan membaca Surat Al Kahfi di malam atau siang hari Jum’at.

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, maka ia akan disinari oleh cahaya di antara dua jum’at" (HR. Hakim, shahih).

Dalam lafazh lainnya disebutkan, “Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, maka ia akan mendapat cahaya antara dirinya dan rumah yang mulia (Ka’bah)." (HR. Ad Darimi, shahih mauquf)

5.Memperbanyak do’a di hari Jum’at.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tentang hari Jum’at, lantas beliau bersabda, “Di hari Jum’at terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas ia memanjatkan suatu do’a pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada hadits yang menyebutkan tentang kapan waktu mustajab di hari Jum’at yang dimaksud. Hadits tersebut adalah dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Waktu siang di hari Jum’at ada 12 (jam). Jika seorang Muslim memohon pada Allah ‘Azza wa Jalla sesuatu (di suatu waktu di hari Jum’at) pasti Allah ‘Azza wa Jalla akan mengabulkannya. Carilah waktu tersebut yaitu di waktu-waktu akhir setelah ‘Ashar." (HR. Abu Daud).

6.Mandi Jum’at

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa (yang menggauli istrinya) sehingga mewajibkan mandi pada hari Jum’at kemudian diapun mandi, lalu bangun pagi dan berangkat (ke masjid) pagi-pagi, dia berjalan dan tidak berkendara, kemudian duduk dekat imam dan mendengarkan khutbah dengan seksama tanpa sendau gurau, niscaya ia mendapat pahala amal dari setiap langkahnya selama setahun, balasan puasa dan shalat malam harinya." (HR. Tirmidzi no. 496, An Nasai 3/95-96, Ibnu Majah no. 1078, dan Ahmad 4/9)

Mandi Jum’at ini menurut jumhur (mayoritas) ulama, hukumnya adalah sunnah (bukan wajib). Di antara alasannya adalah dalil, “Barangsiapa berwudhu di hari Jum’at, maka itu baik. Namun barangsiapa mandi ketika itu, maka itu lebih afdhal." (HR. An Nasai, At Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih).

Al Bahuti Al Hambali mengatakan, “Awal mandi Jum’at adalah ketika terbit fajar dan tidak boleh sebelumnya. Namun yang paling afdhol adalah ketika hendak berangkat shalat Jum’at. Inilah yang lebih mendekati maksud." Imam Nawawi menyebutkan, “Jika seseorang mandi setelah terbit fajar (Shubuh), mandi Jum’atnya sah menurut ulama Syafi’iyah dan mayoritas ulama."

Indikator Kebahagiaan Dunia

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu:

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur. Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. 

Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu, “Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua, Al-azwaju as-shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh. Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholehah, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka  berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholehah. 

Ketiga, al-aulad al-abrar, yaitu anak yang soleh/solehah. Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu?” Jawab anak muda itu: “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya” . Lalu anak muda itu bertanya: “Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua? “Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orang tuamu tidak akan terbalaskan olehmu” Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang sholeh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh. 

Keempat, al-biah as-sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita. Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. 

Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh. 

Kelima, al-maal al-halal, atau harta yang halal. Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halal dan barokahnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
 
Keenam, Tafaqquh fii dien, atau semangat untuk memahami agama. Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin
tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya.

Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng”hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam. 

Ketujuh, al-umru al-barokah, yaitu umur yang barokah.
Umur yang barokah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. 

Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk
akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orangorang yang umurnya barokah.


Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.

Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaandunia tersebut? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepadaAllah SWT dengan sesering dan se-khusyu’ mungkin membaca doa `sapu jagat’ , yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut “Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanah” (yang artinya “Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia “), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang barokah. 

Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita,
setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri. 

Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil aakhirati hasanah” (yang artinya “dan juga kebahagiaan akhirat”), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang  Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah. 

Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah. 

Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?”. Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.  Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin). 


Nasihat Cegah Maksiat


Berikut ini sepuluh nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat: 

Pertama, hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat. Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya. 

Kedua, merasa malu kepada Allah… Karena sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya… Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah… 

Ketiga, senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingatingat perbuatan baik Nya kepadamu. Apabila engkau berlimpah nikmat maka jagalah, karena maksiat akan membuat nikmat hilang dan lenyap 
Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.

Keempat, merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya 

Kelima, mencintai Allah… karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya… Sesungguhnya maksiat itu muncul diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta. 

Keenam, menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya… Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa  mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat… 

Ketujuh, memiliki kekuatan ilmu tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri… karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati… 

Kedelapan, memupus buaian angan-angan yang tidak berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sadar kalau dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa. 

Kesembilan, hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian. Karena sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah… waktu senggang dan lapang yang dia miliki… karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan… sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka
tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya. 

Kesepuluh, sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas… yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati… Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat… dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah… Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh maka sungguh dia telah keliru. 

Semoga Allah mengokohkan iman dan menajaga kita dari perbuatan maksiat.. Amiin..


Selasa, 02 Februari 2016

Kisah tiga ekor ikan


Konon, di sebuah kolam tinggal tiga ekor ikan: Si Pandai, Si Agak Pandai, dan Si Bodoh. Kehidupan mereka berlangsung biasa saja seperti ikan-ikan lain, sampai pada suatu hari ketika kolam itu kedatangan-seorang manusia. Ia membawa jala; dan Si Pandai melihatnya dari dalam air. Sadar akan pengalamannya, cerita-cerita yang pernah didengarnya, dan kecerdikannya, Si Pandai memutuskan untuk melakukan sesuatu.

"Hampir tak ada tempat berlindung di kolam ini," pikirnya "Jadi saya akan pura-pura mati saja."

Ia mengumpulkan segenap tenaganya dan meloncat ke luar kolam, jatuh tepat di kaki nelayan itu. Tentu saja si Nelayan terkejut. Karena ikan tersebut menahan nafas, nelayan itu mengiranya mati: ia pun melemparkan ikan itu kembali ke kolam. Ikan itu kemudian meluncur tenang dan bersembunyi di  sebuah ceruk kecil dekat pinggir kolam.

Ikan yang kedua, Si Agak-Pandai, tidak begitu memahami apa yang telah terjadi. Ia pun berenang ;mendekati Si Pandai dan menanyakan hal itu. "Gampang saja," kata Si Pandai, "saya pura-pura mati, dan nelayan itu melemparkanku kembali ke kolam." Si Agak-Pandai itu pun segera melompat ke darat, jatuh dekat kaki nelayan. "Aneh," pikir nelayan itu, "ikan-ikan ini berloncatan ke luar air." Namun, Si Agak Pandai ini ternyata lupa menahan nafas, dan  iapun dimasukkan ke kepis.

Ia kembali mengamat-amati kolam, dan karena agak heran memikirkan ikan-ikan yang berloncatan ke darat, ia pun lupa menutup kepisnya. Menyadari hal ini, Si Agak-Pandai berusaha melepaskan diri ke luar dari kepis, membalik-balikkan badannya, dan masuk kembali ke kolam. Ia mencari-cari ikan pertama, ikut bersembunyi di dekatnya --nafasnya terengah-engah.

Dan ikan ke tiga, Si Bodoh, tidak bisa mengambil pelajaran dari segala itu, meskipun ia telah mengetahui pengalaman kedua ikan sebelumnya. Si Pandai dan Si Agak-Pandai memberi penjelasan secara terperinci, menekankan pentingnya menahan nafas. "Terimakasih: saya sudah mengerti," kata Si Bodoh. Sehabis mengucapkan itu, ia pun melemparkan dirinya ke darat, jatuh tepat dekat kaki nelayan. Sang nelayan langsung memasukkan ikan ketiga itu  kedalam kepisnya tanpa memperhatikan apakah ikan itu bernafas atau tidak. 

Berulang kali dilemparkannya jala ke kolam, namun kedua ikan yang pertama tadi dengan aman bersembunyi dalam sebuah ceruk. Dan kepisnya sekarang tertutup rapat.

Dari kisah yang sederhana ini bisa kita ambil pelajaran betapa penting untuk menjadi pandai dengan banyak belajar dari pengalaman orang lain maupun dari proses pembelajaran lainnya sehingga disaat situasi yang diperlukkan kita dapat mengambil sikap yang bijaksana berbekal ilmu yang kita miliki. lihat si bodoh yang dengan congkaknya menolak saran dari orang lain padahal pengetahuannya jauh dibaawah temannya yang lain, kesombongan dan merasa diri lebih tinggi telah menghentikkan proses pembelajaran bahkan dalam tarap yang lebih parah bisa menjerumuskan pelakunya kedalam kesengsaraan..

Wallahua'alamu bish-sawab...

Senin, 01 Februari 2016

Abu Nawas - Yang Lebih Kaya Dan Mencintai Fitnah


Siapa yang tidak mengenal Abu Nawas ?? terkenal dengan kecerdasannya bersiasat, ada-ada saja tingkah laku Abu Nawas yang membuat kita tertawa, tapi semoga tertawanya kita bukanlah sekedar letupan kosong namun kita mampu mengambil hikmah dari sosok Abu Nawas ini, ni dia cara dapatin hadiah Raja ala Abu Nawas..

Seperti biasa, Abu Nawas berjalan-jalan mengunjungi pasar. Tempat inilah yang paling ia sukai karena dari tempat ini ia dapat menyampaikan ide-idenya ke masyarakat luas secara langsung. Tiba-tiba ia berdiri di suatu tempat yang cukup tinggi untuk di dengar seluruh orang di pasar. Dengan
suara agak keras, ia mulai berpidato, 

"Saudara-saudara sekalian. Ada yang perlu saudara-saudara ketahui tentang Raja kita yang tercinta, Baginda Harun Al Rasyid." 

Seluruh isi pasar terdiam, pandangan tertuju padanya. Orang-orang di pasar itu menunggu-nunggu kalimat berikutnya yang akan dikeluarkan oleh Abu Nawas. Melihat pandangan semua tertuju padanya, Abu Nawas semakin percaya diri."Kalian harus tahu, bahwa sebenarnya Baginda Harun Al Rasyid lebih kaya dari pada Allah." 

Tiba-tiba bergemeruhlah suara orang-orang dipasar. Semua orang tersentak mendengar kata-kata yang keluar mulut si Abu Nawas.

"Tenang....tenang.....tenang saudara. Masih ada lagi."

Lagi-lagi seluruh orang pasar terdiam.

"Baginda kita itu, sebenarnya sangaaaaaaat mencintai fitnah."

Meledaklah lagi gemuruh orang seluruh pasar. Banyak yang memprotes omongan Abu Nawas. Tetapi si Abu Nawas nampak tenang-tenang saja tanpa rasa bersalah sedikit pun.Tiba-tiba sejumlah tangan merengut kedua lengan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas berusaha tetap tenang. Ia tahu itu adalah tangan-tangan dari punggawa-punggawa kerajaan. Diseretlah Abu Nawas menghadap raja Harun Al Rasyid.

Dengan muka geram, raja Harun Al Rasyid menginterogasi Abu Nawas dihadapan penasehatpenasehatnya.

"Apakahbenar dipasar kamu mengatakan bahwa Akulebihkaya dari Allah?"

"Benar baginda."

Makin geramlah Harun Al Rasyid.

"Apakah benar kamu juga mengatakan bahwa aku mecintai fitnah?"

"Maaf, Baginda. Itu benar adanya," jawab Abu Nawas tenang.

"Pengawal!! Bawa Abu Nawas ke penjara. Gantung dia besok pagi."

"Tenang, Baginda. Beri saya kesempatan untuk menjelaskan apa maksud kata-kata saya itu." Abu
Nawas memohon dengan wajah yang memelas.

"Cepat katakan! Sebelum kau temui ajalmu."

"Begini Baginda. Maksud kata-kata saya bahwa Baginda lebih kaya dari Allah adalah baginda memiliki anak, sedang Allah tidak dimemiliki anak. Bukan begitu Baginda?"

Harun Al Rasyid terdiam. Dia tersenyum dalam hati. "Dasar. Si Abu Nawas.""Terus, maksud kata-katamu bahwa aku mencintai fitnah?"

"Maksudnya, bahwa Baginda sangat mencintai istri dan anak-anak Baginda sendiri. Padahal mereka dapat menjadi fitnah bagi Baginda. Bukan begitu Baginda?"

Harun Al Rasyid pun hanya bisa geleng-geleng kepala. "Lalu, kenapa kamu teriak-teriak di pasar? Yang tidak paham perkataanmu bisa marah."

"Yah, kalau masyarakat marah. Nanti kan Saya dipanggil oleh, Baginda."

"Kalau Aku sudah memanggil, memang kenapa?"

"Hmmmm....Yah...biar dikasih hadiah, Baginda," ucap Abu Nawas lirih.
Baginda pun hanya bisa tersenyum simpul. Lalu diberikannya sekantung uang dinar ke Abu Nawas.

Semoga kita dapat memetik hikmah dari kisah diatas.

Rabu, 27 Januari 2016

Kenikmatan Menuntut Ilmu



Nikmat yang Allah berikkan kepada kita tidak terkira banyaknya, tidak ada yang sanggup menghitung apalagi harus membayar segala kenikmatan yang telah Allah berikkan.

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl : 18).

Alhamdulillah..

Salah satu nikmat yang patut kita syukuri adalah dengan beradanya kita di Kampus, bisa belajar dan menuntut ilmu yang karna tidak semua orang atau saudara kita yang diberikkan Allah kesempatan untuk bisa mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi, buktinya pada survei tahun 2011 hanya 23% siswa Sekolah Menengah Atas yang berkesempatan melanjutkan ke Perguruan Tinggi di Indonesia.

Kenikmatan berstatus sebagai MAHASISWA ini haruslah dibarengi dengan keseriusan, kuliah bukan hanya sekedar mencari gelar sarjana atau sekedar mebahagiakan kedua orang tua saja, tetapi benar-benar dimanfaatkan untuk menambah kemampuan sehingga lulus dapat memberikan manfaat untuk orang banyak, inilah yang dikehendaki Allah seperti yang disampaikan Nabi yang mulia.

Diriwayatkan dari Jabir berkata, ”Rasulullah Shallallahualaihiwassalam bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Sudah menajadi kewajiban kita sebagai mahasiswa untuk bisa berbuat lebih untuk negara ini, minimal kita bisa bermanfaat untuk orang yang berada disekitar kita dan bukan malah menjadi beban, cita-cita yang mulia ini harus dibarengi dengan niat yang ikhlas semata-mata karna Allah dalam rangka beribadah kepada-Nya karna untuk itulah kita diciptakkan.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzaariyat : 56)

Mengabdikan diri dengan menuntut ilmu. Menjadi pembelajar sangat menyenangkan, bagaimana tidak, setiap langkah kaki penuntut ilmu dihitung pahala oleh Allah bahkan malaikat rela membentangkan sayapnya untuk dilalui para penuntut ilmu dan kita yang menempuh jalan ini in sya Allah dimudahkan menuju surga.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang menempuh sesuatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan di situ, maka Allah akan mempermudahkan baginya suatu jalan untuk menuju ke syurga." (Riwayat Muslim)

Subhanallah... Luar biasa nikmat yang Allah anugrahkan kepada mereka para pembelajar, murid, siswa, mahasiswa dan para penuntut ilmu. jika kita hari ini merupakan orang yang beruntung itu maka jangan pernah sia-siakan kesempatan yang Allah berikkan dan jangan kecewakkan orang-orang yang berada disekitar kita, teruslah belajar dengan penyerahan diri yang tulus.

“Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan?(QS. Ar-Rahman : 55)

Wallahu a'lam bissawab (والله أعلمُ بالـصـواب)


Selasa, 26 Januari 2016

Etika Berwirausaha


"Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya." (QS. Al-Maidah: 2)
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT suka kepada hamba yang berkarya dan terampil. Barang siapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid fisabilillah." (HR.Imam Ahmad)
Rasul adalah seorang entrepreunership atau wirausahawan. Mulai usia 8 tahun 2 bulan sudah mulai menggembalakan kambing. Pada usia 12 tahun berdagang sebagai kafilah ke negeri Syiria dan pada usia 25 tahun Rasul menikahi Khadijah dengan mahar 20 ekor unta muda. Ini menunjukan bahwa Rasul merupakan seorang wirausahawan yang sukses.
Jiwa wirausaha harus benar-benar ditanamkan dari kecil, karena kalau tidak maka potensi apapun tidak bisa dibuat menjadi manfaat. Prinsip dari wirausahawan adalah memanfaatkan segala macam benda menjadi bermanfaat. Tidak ada kegagalan dalam berusaha, yang gagal yaitu yang tidak pernah mencoba berusaha.
Gagal merupakan informasi menuju sukses, keuntungan bukan hanya untung untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Kredibilitas diri kita adalah modal utama dalam berwira usaha, dengan menahan diri untuk tidak menikmati kebahagiaan orang lain sebagai keberuntungan kita. Jual beli bukan hanya transaksi uang dan barang, tapi jual beli harus dijadikan amal soleh yaitu dengan niat dan cara yang benar.
Uang yang tidak barokah tidak akan dapat memberi ketenangan, walau sebanyak apapun akan tetap kekurangan dan akan membuat kita hina. Berjualan dengan akhlak yang mulia, pembeli tidak hanya mendapat fasilitas dan tidak hanya mendapatkan barang tapi juga melihat kemuliaan akhlak seorang penjual

K.H. Abdullah Gymnastiar

Minggu, 24 Januari 2016

Sebaik-baik Manusia






















Ternyata, derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana dirinya punya nilai mamfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Khairunnas anfa’uhum linnas", "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak mamfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini seakan-akan mengatakan bahwa jikalau ingin mengukur sejauh mana derajat kemuliaan akhlak kita, maka ukurlah sejauh mana nilai mamfaat diri ini? Istilah Emha Ainun Nadjib-nya, tanyakanlah pada diri ini apakah kita ini manusia wajib, sunat, mubah, makruh, atau malah manusia haram?

Apa itu manusia wajib? Manusia wajib ditandai jikalau keberadannya sangat dirindukan, sangat bermamfat, perilakunya membuat hati orang di sekitarnya tercuri. Tanda-tanda yang nampak dari seorang manusia wajib, diantaranya dia seorang pemalu, jarang mengganggu orang lain sehingga orang lain merasa aman darinya. Perilaku kesehariannya lebih banyak kebaikannya. Ucapannya senantiasa terpelihara, ia hemat betul kata-katanya, sehingga lebih banyak berbuat daripada berbicara. Sedikit kesalahannya, tidak suka mencampuri yang bukan urusannya, dan sangat nikmat kalau berbuat kebaikan. Hari-harinya tidak lepas dari menjaga silaturahmi, sikapnya penuh wibawa, penyabar, selalu berterima kasih, penyantun, lemah lembut, bisa menahan dan mengendalikan diri, serta penuh kasih sayang.

Bukan kebiasaan bagi yang akhlaknya baik itu perilaku melaknat, memaki-maki, memfitnah, menggunjing, bersikap tergesa-gesa, dengki, bakhil, ataupun menghasut. Justru ia selalu berwajah cerah, ramah tamah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan marahnya pun karena Allah SWT, subhanallaah, demikian indah hidupnya.

Karenanya, siapapun di dekatnya pastilah akan tercuri hatinya. Kata-katanya akan senantiasa terngiang-ngiang. Keramahannya pun benar-benar menjadi penyejuk bagi hati yang sedang membara. Jikalau saja orang yang berakhlak mulia ini tidak ada, maka siapapun akan merasa kehilangan, akan terasa ada sesuatu yang kosong di rongga qolbu ini. Orang yang wajib, adanya pasti penuh mamfaat. Begitulah kurang lebih perwujudan akhlak yang baik, dan ternyata ia hanya akan lahir dari semburat kepribadian yang baik pula.

Orang yang sunah, keberadaannya bermamfaat, tetapi kalau pun tidak ada tidak tercuri hati kita. Tidak ada rongga kosong akibat rasa kehilangan. Hal ini terjadi mungkin karena kedalaman dan ketulusan amalnya belum dari lubuk hati yang paling dalam. Karena hati akan tersentuh oleh hati lagi. Seperti halnya kalau kita berjumpa dengan orang yang berhati tulus, perilakunya benar-benar akan meresap masuk ke rongga qolbu siapapun.

Orang yang mubah, ada tidak adanya tidak berpengaruh. Di kantor kerja atau bolos sama saja. Seorang pemuda yang ketika ada di rumah keadaan menjadi berantakan, dan kalau tidak adapun tetap berantakan. Inilah pemuda yang mubah. Ada dan tiadanya tidak membawa mamfaat, tidak juga membawa mudharat.

Adapun orang yang makruh, keberadannya justru membawa mudharat. Kalau dia tidak ada, tidak berpengaruh. Artinya kalau dia datang ke suatu tempat maka orang merasa bosan atau tidak senang. Misalnya, ada seorang ayah sebelum pulang dari kantor suasana rumah sangat tenang, tetapi ketika klakson dibunyikan tanda sang ayah sudah datang, anak-anak malah lari ke tetangga, ibu cemas, dan pembantu pun sangat gelisah. Inilah seorang ayah yang keberadaannya menimbulkan masalah.

Lain lagi dengan orang bertipe haram, keberadaannya malah dianggap menjadi musibah, sedangkan ketiadaannya justru disyukuri. Jika dia pergi ke kantor, perlengkapan kantor pada hilang, maka ketika orang ini dipecat semua karyawan yang ada malah mensyukurinya.

Masya Allah, tidak ada salahnya kita merenung sejenak, tanyakan pada diri ini apakah kita ini anak yang menguntungkan orang tua atau hanya jadi benalu saja? Masyarakat merasa mendapat mamfaat tidak dengan kehadiran kita? Adanya kita di masyarakat sebagai manusia apa, wajib, sunah, mubah, makruh, atau haram? Kenapa tiap kita masuk ruangan teman-teman malah pada menjauhi, apakah karena perilaku sombong kita?

Kepada ibu-ibu, hendaknya tanyakan pada diri masing-masing, apakah anak-anak kita sudah merasa bangga punya ibu seperti kita? Punya mamfaat tidak kita ini? Bagi ayah cobalah mengukur diri, saya ini seorang ayah atau gladiator? Saya ini seorang pejabat atau seorang penjahat? Kepada para mubaligh, harus bertanya, benarkah kita menyampaikan kebenaran atau hanya mencari penghargaan dan popularitas saja?

Sabtu, 23 Januari 2016

7 Keajaiban Dunia Terbaru

























Sekelompok pelajar kelas geografi belajar mengenai "Tujuh Keajaiban Dunia".
Pada akhir pelajaran, pelajar tersebut di minta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan "Tujuh Keajaiban Dunia" saat ini. Walaupun ada beberapa ketidaksesuaian, sebagian besar daftar berisi :
1. Piramida Besar di Mesir
2. Taj Mahal
3. Grand Canyon
4. Panama Canal
5. Empire State Building
6. St. Peter's Basilica
7. Tembok China

Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya.

Gadis pendiam itu menjawab, "Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya."

Sang guru berkata, "Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya."

Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, "Saya pikir Tujuh Keajaiban Dunia adalah : 
1. Bisa bersyukur 
2. Bisa merasakan
3. Bisa tertawa
4. Bisa mendengar
Dia ragu lagi sebentar, dan kemudian melanjutkan...
5. Bisa berbagi
6. Bisa mencintai
7. Dan bisa dicintai

Ruang kelas tersebut sunyi seketika ....Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya "keajaiban" sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan lakukan untuk kita, menyebutnya sebagai "biasa".

Semoga kita hari ini diingatkan tentang segala hal yang betul-betul ajaib dalam kehidupan kita. bersyukurlah untuk apa yg telah kita dapatkan sampai saat ini, .. karna itu sesungguhnya semua merupakan suatu "keajaiban".

Sumber:
http://play.google.com/store/apps/details?id=test.muslimmedia.kisahhikmah

Masa Depan Yang Sesungguhnya


















Syaikh Ali Mustafa Thantawi -rahimahullah- mengatakan:

Akuu pernah duduk di bangku sekolah dasar demi masa depan. Kemudian aku belajar di jenjang SMP juga demi masa depan.
Setelah itu mereka mengatakan âlanjutkan lagi ke jenjang SMA demi masa depan.

Setelah lulus SMA mereka mengatakan, demi masa depan lanjutkan lagi hingga jenjang sarjana.

Setelah meraih gelar sarjana mereka mengatakan: Carilah pekerjaan demi masa depan.

Setelah aku bekerja mereka mengatakan:
Menikahlah demi masa depan.

Setelah menikah mereka mengatakan: Segeralah punya momongan demi masa depan.

Dan saat ini, ketika aku menulis kata-kata ini umurku telah mencapai 77 tahun, dan aku masih menunggu masa depan itu.

Masa depan adalah titik merah yang takkan pernah kita capai. Karena bila kita mencapainya, masa itu berubah menjadi masa kini, lalu kita akan menghadapi masa depan berikutnya dan begitu seterusnya.

Masa depan yang sesungguhnya adalah: Ketika engkau membuat Allah ridha kepadamu, lalu engkau selamat dari neraka-Nya serta meraih surga-Nya.

Jumat, 22 Januari 2016

Hakikat Cinta

K.H. Abdullah Gymnastiar

Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.
Hikam:
"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

"Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita. Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.
Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.
Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan. Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran,
harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka. (imm)

Kamis, 21 Januari 2016

Manajemen Diam



Diam Itu Emas
(Diam Aktif)
K.H. Abdullah Gymnastiar

Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.

1. Jenis-jenis Diam

Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:

a. Diam Bodoh
Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.

b. Diam Malas
Diam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas.

c. Diam Sombong
Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.

d. Diam Khianat
Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.

e. Diam Marah
Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah jah lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah masalah.

f. Diam Utama (Diam Aktif)
Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa engan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besardibanding dengan berbicara.

2. Keutaam Diam Aktif

a. Hemat Masalah
Dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.

b. Hemat dari Dosa
Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

c. Hati Selalu Terjaga dan Tenang
Dengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

d. Lebih Bijak
Dengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

e. Hikmah Akan Muncul
Yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya.

f. Lebih Berwibawa
Tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan.

Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:

Diam dari perkataan dusta
Diamdari perkataan sia-sia
Diam dari komentar spontan dan celetukan
Diam dari kata yang berlebihan
Diam dari keluh kesah
Diam dari niat riya dan ujub
Diam dari kata yang menyakiti
Diam dari sok tahu dan sok pintar
Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula Allah ridha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjemput, lisan ini diperkenankan untuk mengantar kepergian ruh kita dengan sebaik-baik perkataan adala kalimat "laa ilahailallah" puncak perkataan yang mengantarkan ke surga.