Sabtu, 28 November 2015

Berfokus pada Target Besar, Jangan Lalaikan Target Kecil

dakwatuna.com / Edgar Hamas / 2 hari yang lalu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi. (inet)
dakwatuna.com – “Waktu adalah kehidupan. Waktu tidak dapat dibalikkan dan tidak dapat digantikan. Menyia-nyiakan waktu berarti menyia-nyiakan kehidupan. Menguasai waktu berarti menguasai kehidupan, dan pada akhirnya akan memperoleh kebahagiaan” (Akira Kurasawa)

Satu saat dalam sebuah kelas kuliah, seorang Dosen datang membawa barang-barang unik yang tak biasanya ia gunakan untuk mengajar. Di tangan kanannya ia membawa sekarung batu-batu besar, lalu tangan kirinya digantungi seplastik pasir. Ternyata di belakangnya, ada mahasiswa yang ia suruh membawa sebungkus kerikil kecil, dan satu ember besar berwarna hitam yang nampaknya baru dibeli dari pasar. Di belakangnya lagi ada satu orang yang Nampak tertatih membawa seember air, hingga ada percik-perciknya yang terjatuh.

“Baik, hari ini kita akan melakukan sebuah eksperimen”, ucap Dosen memulai kelas, “Kali ini percobaan yang akan kita lakukan akan memperngaruhi cara berpikir kita tentang hidup, saya tidak sabar untuk memulainya”, lanjutnya antusias. Semua mahasiswa di kelas mengubah kursi duduknya menjadi lingkaran besar, sementara satu buah meja diletakkan di tengah-tengah, semua merapat untuk mengikuti apa yang akan disampaikan sang Dosen.

“Letakkan ember hitam besar yang kosong di tengah meja”, Beliau memulai. Setelah ember besar berwarna hitam pekat itu ada di tengah-tengah mahasiswa, Dosen menyuruh meletakkan batu-batu besar di ember hitam. Batu-batu besar yang ia bawa tak sedikit, bahkan bisa memenuhi ember tersebut hingga nyaris penuh.

“Setelah itu, tolong masukkan kerikil kecil di plastik tadi ke ember besar ini”, lanjut sang Dosen, beberapa mahasiswa melaksanakan instruksinya. Setelah ember besar penuh dengan batu besar nan banyak dan kerikil yang mengisi relung-relung kosong, Sang Dosen memulai uji pemahaman, “Kira-kira, apakah Ember besar ini telah penuh?” bibirnya menyunggingkan senyum bijak. Serentak hampir semua yang berada di ruangan menyahut riuh, “Tentu penuh, pak!”

“Kalian yakin?”

“Tolong, tambahkan pasir di plastik besar yang saya bawa ke dalam ember itu”, serta merta beberapa orang menjadi relawan untuk menuangkannya, pasir yang cukup banyak yang ditampung di plastik sampah berukuran besar. Setelah pasir ditambahkan, beliau mempersilahkan mahasiswanya untuk menjawab kembali, “Apakah kira-kira sudah penuh?”, dan beberapa Mahasiswa menjawab, “nampaknya belum pak”, sambil tersenyum malu. Sebab di hadapan mereka, ember besar terus bisa menampung dan sama sekali tak keluar dari muatannya.

“Tambahkan air”, lanjut Dosen. Maka satu ember air berukuran besar dituangkan ke dalam ember hitam sampai habis tak tersisa. “Bagaimana? Apakah kira-kira ember hitam itu sudah penuh?”, tanya Dosen meyakinkan murid-muridnya. “Ya, nampaknya telah penuh, pak”.

“Baiklah, sederhana saja percobaan kita kali ini, namun kini sebuah kesimpulan pasti muncul di benak kalian semua, kira-kira apa yang bisa kita cermati dari percobaan tadi?”, beliau memulai sebuah kesimpulan. Seorang Mahasiswa mengacungkan tangannya dan berkata lugas, “Waktu pak, sesibuk apapun kita, sebenarnya masih ada celah-celah yang bisa kita gunakan untuk memaksimalkan daya produktivitas kita, misalknya di waktu antara rumah dan kampus, bisa kita manfaatkan dengan menulis atau membaca di bis atau kendaraan umum lainnya”, tanggapnya.

“Bagus, kesimpulan yang bagus, saya setuju, namun ada satu hal yang menarik untuk kita cermati bersama”, ujar Sang Dosen membuat para mahasiswa penasaran. Beliau mengambil satu batu besar dari ember hitam, lalu memandang bijak ke penjuru ruangan, memastikan semuanya mendengarnya, kemudian bertutur, “Jika kita memasukkan air, kerikil, dan pasir lebih dulu, kemungkinan besar batu-batu besar ini tak akan muat di ember. Ketika ia dimasukkan, air akan meninggi lalu ember akan luber. Berbeda jika batu ini dahulu yang dimasukkan, lalu barang-barang lain menyusulnya”

Semua mahasiswa memerhatikan Sang Dosen lekat. Ada yang telah memahami maksud beliau, beberapa masih ada yang bingung. Seorang Mahasiswa bertanya polos, “lalu, bagaimana kesimpulannya pak?” sambil cengengesan dan memandang kanan kirinya. “Kesimpulannya sederhana”, jawab beliau, “Pastikan hidupmu kau isi dahulu dengan target-target besar, hingga jika semuanya telah kalian tekadkan, barulah kita bisa menambah dengan target-target yang lebih kecil. Fokuslah, jika target kecil malah kita utamakan, selamanya kita tak akan bisa mencapai target besar kita, sebab pikiran dan daya kita terlanjur dikuras oleh sesuatu yang kecil”.

“Misalnya, kamu memiliki target menjadi sarjana dalam 4 tahun, itu target besarmu. Selama ada celah waktu, kau boleh mengisinya dengan organisasi, bisnis, perkumpulan dan hobi. Namun ingat, jika target-target kecilmu malah kamu jadikan fokus utama dari target besar, maka akan sangat sulit untuk menjadikan target besar bagian dari perjalanan hidupmu”, nasihat Sang Dosen, “Batu besar lebih dulu, lalu pasir, kerikil dan air. Setuju kawan-kawan?”

“Setuju Kapten!” jawab mereka serentak.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:

Loading...

Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir | Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang | Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan

Kunjungi website

Jumat, 27 November 2015

Pemprov Jabar Minta Satu Warga Tanam Satu Pohon


Wagub Jabar H Deddy Mizwar dinobatkan sebagai ‘Bapak Yatim Indonesia’. (jabarprov.go.id)
dakwatuna.com -Garut. Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar meminta kepada masyarakat untuk melakukan gerakan menamam dan memelihara satu pohon bagi setiap orang. Hal ini demi terwujudnya Jawa Barat yang lestari dan hijau serta mengembalikan Jawa Barat sebagai bumi parahyangan, yaitu wilayah yang memiliki keindahan dan kemolekan alam tatar sunda yang subur dan makmur.

“Mari tanam satu pohon untuk setiap orang dan pelihara agar tanah Jawa Barat ini kembali menjadi bumi parahyangan,” ajak Deddy pada Aksi Menanam Pohon dan peringatan Bulan Menanam Pohon tingkat Jawa Barat yang dipusatkan di Kecamatan Sukamentri Kabupaten Garut, dalam siaran persnya kepada dakwatuna.com, Kamis (26/11).

“Kepada masyarakat khususnya yang berada di sekitar hutan juga bersama-sama menjaga lingkungan dengan cara tidak melakukan penebangan hutan secara liar,” imbaunya.

Wagub juga meminta masyarakat di perkotaan untuk turut berkontribusi mengurangi efek rumah kaca dengan menghemat penggunaan listrik, bahan bakar minyak, reuse barang bekas seperti kertas dan plastik. “Kembangkan juga fungsi hutan dan komoditi lain yang mempunyai fungsi lindung dan memberikan manfaat ekonomi,” tambah Wagub.

Ini sejalan dengan tujuan Provinsi Jawa Barat menjadi Green Province dan menyukseskan gerakan penanaman satu milyar pohon secara nasional, Pemprov Jabar hingga bulan November tahun 2015 ini, telah menanam sebanyak 15 Juta pohon. Di tahun 2014, juga telah terealisasi penanaman pohon sebanyak 132 Juta lebih batang pohon, dan tahun 2013 sebanyak 114 Juta pohon serta 249 Juta pohon di tahun 2012.

Wagub pun mengharapkan kepada Bupati dan Walikota Se-Jawa Barat untuk terus membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayahnya masing-masing agar minimal mencapai 30%. “Pemda harus berkomitmen melindungi lahan hijau dari alih fungsi lahan dan aktivitas penambangan dengan menertibkan perizinan dan penegakan hukum yang tegas,” ujar Wagub.

Dalam kesempatan ini Wagub juga memberikan penghargaan kepada Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kota Cimahi, Kota Bandung dan Kota Sukabumi atas kinerja Bupati dan Walikota dalam pelaksanaan penanaman satu milyar pohon di tahun 2015.

“Ayo kerja, tanam dan pelihara pohon untuk hidup yang lebih baik, karena satu pohon yang kita tanam dan pelihara akan menjadi investasi berharga untuk generasi mendatang,” tutup Wagub. (abr/dakwatuna)

Redaktur: Abdul Rohim

Kisah surga yang tertukar


sumber ilustrasi: www.futliga.kg
Laki-laki pertama akrab dengan busana muslim. Bukan hanya saat ibadah, pria ini juga kerap menggunakannya saat keluar rumah. Dalam banyak kesempatan bertemu banyak orang. Selain pakaian yang selalu berganti sebab berganti model saban pekan, ia juga kerap berganti-ganti mobil saat bertemu dengan donatur.

Ia memang dikenal sebagai ketua yayasan yang mengurusi anak yatim dalam bilangan yang cukup banyak dan masyhur di sebuah wilayah. Panggilan ‘ustadz’ dan gelar kehormatan lainnya pun sering dialamatkan kepadanya. Sang laki-laki ini juga tak segan menerima panggilan itu sebagai sebuah penghargaan.

Sedangkan laki-laki kedua, mulanya beragama selain Islam. Ia hanyalah manusia biasa yang doyan berbuat kebaikan dalam banyak proyek pengabdian kepada sesama. Kegemarannya itulah yang mengantarkan pertemuannya dengan laki-laki pertama.

Saat pertama kali melihat beberapa anak yatim di yayasan laki-laki pertama, si laki-laki kedua langsung tertarik. Hatinya tertaut kepada anak-anak yatim yang murni nuraninya. Terpancar kecemerlangan dari wajah dan pandangan mereka. Mencerahkan.

Setelah pertemuan pertama itu, dua laki-laki ini pun kerap bertemu. Setiap ada rezeki, laki-laki kedua senantiasa memberikan sebagiannya untuk anak-anak yatim di yayasan laki-laki pertama. Sebagai donatur.

Waktu berjalan. Kondisi berubah drastis. Si laki-laki pertama mendapatkan hidayah lantaran kegemarannya berbuat baik, sekaligus kecintaannya kepada anak-anak yatim. Lantaran doa mereka pula, hidayah merengkuh laki-laki kedua hingga masuk Islam secara sempurna.

Sebaliknya, lantaran minimnya ilmu dan tipisnya iman, si laki-laki kedua justru semakin terjerumus dalam lubang binasa yang dia gali sendiri. Tidak amanah. Semua barang yang dia kenakan hingga kendaraan yang ditumpangi, semuanya berasal dari infaq untuk anak yatim. Digunakan untuk keperluan pribadi.

Si laki-laki pertama ini juga tidak menyampaikan kepada donatur atau kepada anak-anak yatim di yayasannya sebagai pihak penerima infaq.

Ia sama sekali tak menyadari, bahwa memakan harta anak yatim secara zalim tak ubahnya bak memasukkan api ke dalam perutnya. Api itulah yang kelak menjadi salah satu bahan neraka. Kelak, ia akan dijebloskan secara bengis ke dalamnya.

Kisah ini, banyak terjadi. Ada begitu banyak saudara kita yang tidak berlaku hati-hati terhadap penggunaaan harta untuk anak yatim. Padahal, pemakaiannya harus jelas. Akadnya pun harus terbuka. Jika memang membutuhkan dana operasional, hendaknya hal ini disampaikan kepada donatur dan anak yatim. Jika perlu, sebagai bentuk kehati-hatian, buatlah dua pos dana yang berbeda.

Jika dicampur, inilah kisah surga yang tertukar. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita. Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Minggu, 15 November 2015

Benarkah kita kader dakwah ?


Kader dakwah itu memiliki kepahaman yang utuh, paham akan falsapah dasar perjuangan, paham akan nilai-nilai yang diperjuangkan, paham akan cita-cita yang hendak dicapai, paham jalan yang harus dilaului.

Kader dakwah memiliki pemahaman yang konferenship, paham akan tahap-tahap untuk merealisasikan tujuan paham akan konsekuensi setiap tahapan, paham akan logika tentang yang menyertai setiap tahapan, paham bahwa di setiap tahapan dakwah memiliki tingkat resiko yang berlainan. Kepahaman kader dakwah terus berkembang.

Benarkah kita kader dakwah ?

Kader dakwah itu memiliki keikhlasan yang tinggi, ikhlas artinya bekerja hanya untuk Allah semata, bukan untuk kesenangan diri sendiri. Sangat banyak godaan di sepanjang perjalanan dakwah. Baik berupa harta, kekuasaan dan godaan syahwat terhadap pasangan jenis.

Hanya keikhlasan yang membuat para kader bisa bersikap dengan tepat mengahdapi segala bentuk godaan dan dinamika dakwah. Sangat banyak peristiwa di sepanjang perjalan dakwah yang menggoda para kader untuk meninggalkan jalan perjuangan. Ikhlas adalah penjaga keberlanjutanan dakwah.

Benarkah kita kader dakwah ?

Kader dakwah itu memiliki amalan yang berkesinambungan. Amalan dalam dakwah bukanlah jenis amal yang setengah-setengah, buaka jenis amalan sporadis dan tanpa perencanaan. Sejak dari perbaikan diri dan keluarga hingga upaya perbaikkan masyarakat bangsa negara bahkan dunia.

Amal dalam dakwah memiliki tahapan yang jelas, memiliki tujuan yang asti, memeiliki orientasi yang hakiki, kader  dakwah tidak hanya beramal disatu marhalah dan meninggalkan marhalah yang lainnya,  kader dakawah selalu mengikuti mihwar dalam dakwah,karena itulah amal yang harus dilalui untuk meretas peradaban.

Benarkah kita kader dakwah ?

Kader dakwah itu memiliki etos jihad yang abadi. Jihad daam bentuk kesungguhan, keseriusan, dan kedesiplinan dalam menggapai visi dakwah yang hakiki, kesungguhan membela hak-hak umat, kesungguhan mendidik masyarakat, keseriusan mengusahakan kesejahteraan masyarakat, kedisiplinan mebersamai dan menyelesaikan persoalan kehidupan yang semakin kompleks.

Kader dakwah harus memberikkan kesungguhan dalam menajalankan semua agenda dakwah, hingga menhasilkan produktivitas yang paripurana, dilahan apapun mereka bekerja. Itulah makna jihad dalam konteks perjalanan aktivitas dakwah

Benarkah kita kader dakwah ?

Kader dakwah itu memiliki pengorbanan yang tak terhingga nilainya. Dakwah tidak mungkin akan bisa dijalankan  tanpa pengorbanan. Sejak dari pengorbanan harta waktu, tenaga, pikiran, fasilitas, hingga pengorabanan jiwa. Rasa lelah, rasa jenuh. Rasa letih selalu mendera jiwa raga, kesenangan diri telah dikorbankan demi tetap berjalannya roda dakwah.

Aktivitas dijalani sejak berpagi-pagi hingga malam hari. Kadang harus bermalam hingga beberapa lamanya, kadang harus berjalan pada jarak yang tak terukur jauhnya, kadang harus memberikkan kontribusi harta  pada kondisi yang belum mapan dari segi ekonomi. Pengorbanan tanpa jeda, itulah ciri kader dakwah yang setia.

Benarkah kita kader dakwah ?

Kader dakwah itu memiliki ketaatan kepada prinsip, keputusan organisasi, dan kepada pemimin. Prinsip-prinsip dalam dakwah harus dilaksanakan dengan penuh ketaatan. Taat kepada pondasi  manhaj adalah bagian penting yang akan mengahantarkan dakwah pada tujuan nya yang mulia.

Taat kepada keputusan organisasi merupakan syarat agar kegiatan dakwah selalu terbingkai dalam sistem amal jama’i. Taat kepada pemimpin merupakan tuntunan agar pergerakkan dakwah berjalan secara efektif pada upaya penacapaina tujuan. Ketaaantan bukan hal-hala yang pendapat pribadi,  namun tetap taat terhadap keputusan wlaupun bertentangan dengan pendapat sendiri.

Benarkah kita kader dakwah ?

Kader dakwah itu memiliki keteguhan tiada henti. Kader dakwah harus selalu tegar di jalan dakwah, karena perjalanan  amatlah panjang dengan berbagai gangguan dan tantangan yang menyertainya. Teramat banyak aktivis dakwah semasa, dimana mereka memiliki semangat yang menyala pada suatu  ketika,  namaun padam seiring berjalannya usia.

Ada yang tahan tatkala mendapat ujian kekurangan harta, namun gugur saat berada dalam keberlimpahan harta dunia. Ada yang tegar saat dakwah dilakukan dijalanan, namun tidak tahan saat berada dipucuk kekuasaan. Kader dakwah harus berada di pucuk kemampuan untuk selalu bertahan.

Benarkah kita kader dakwah ?

Kader dakwah itu memilik kemurnian dan kebersihan dalam orientasi aktivitasnya. Sangat banyak faktor yang mengotroi kebersihan orientasi dakwah. Ada kekotoran cara mencapai tujuan, ada kekotoran dalam usaha mendapatkan harta. Ada kekotoran dalam langkah menggapai kemenangan.

Kader dakwah harus selalu menjaga kemurnian orientasinya, tidak berrpaling dari kebenaran, tidak beranjak dalam kekotoran karena dakwah memilik visi yang berisih, sehingga harus dicapai dengan langkah dan usaha yang bersih pula.

Benarkah kita kader dakwah ?

Kader dakwah itu memiliki solidaritas, persaudaraan dan kebersamaan yang tinggi. Ukhuwah adalah sebuah tuntutan dlam menjalankan agenda dakwah. Semakin besar tantangan dihadapi dalam perjalanan dakwah, harus semakin kuat pula ikatan ukhuwah di antara palakunya. Kader dakwah saling mencintai satu dengan yang lainnya, saling mendukung, saling menguatkan, saling meringankan beban, saling membantu keperluan saling berbagi dan mencukupi. Kader dakwah tidak mengobarkan dendam, iri dan benci. Kader dakwah selalu membawa cinta, dan menyuburkan dakwah dengan sentuhan cinta.

Benarkah kita kader dakwah ?

Kader dakwah itu memiliki tingkat  kepercayaan yang tak tertandingi. Berjalan pada rentang waktu yang sangat panjang, dengan tantangan yang semakin kuat menghadang, menghajatkan tingkat kepercayaan prima antara satu dengan yang lainnya.

Berabagai isu, bebrbagia fitnah, berbagai tuduhan tak akan menggoyahkan keperycayaan kader dakwah kepada para para pemimpin dan sesama kader dakwah. Berbagai caci maki, berbagai lontaran benci, berbagai pelampiasan kesumat, tak akan mengkerdilkan kepercayaan kader  terhadap langkah dakwah yang telah dijlaninya.

Jadi, benarkah kita kader dakwah ?

Jawabnya ada pada antum/antumna sendiri..